Kamis, 04 April 2019

Budidaya Gemitir di Subak Saren


                                           BUDIDAYA GEMITIR DI SUBAK SAREN



Subak Saren adalah salah satu kelompoktani yang ada di Desa Budakeling, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali. Subak Saren memiliki lahan sawah irigasi seluas 110ha. Pola tanam yang diterapkan di Subak Saren pada umumnya adalah padi-palawija-padi. Saat musim palawija, sebagian besar petani setempat lebih memilih membudidayakan tanaman hortikultura, seperti cabai kecil, bunga pacar galuh dan bunga gemitir. Menurut mereka tanaman hortikultura khususnya bunga-bungaan lebih menguntungkan selain itu hasilnya dapat diperoleh lebih cepat dan dapat dipanen bertahap.
Dalam beberapa tahun terakhir, saat musim palawija di Subak Saren selalu ada petani yang membudidayakan bunga gemitir. Awalnya hanya beberapa petani yang membudidayakan, seiring dengan perkembangan waktu budidaya gemitir  terus mengalami perkembangan. Salah satu petani yang mulai mengembangkan gemitir adalah I Nyoman Krani. Pria berumur 53 tahun ini mulai berusaha tani gemitir sejak 6 bulan yang lalu. Saat ditemui di lahan sawahnya Pak  Krani, panggilan akrab I Nyoman Krani, menceritakan teknis budidaya gemitir yang dilakukan. Untuk membudidayakan gemitir, Pak Krani menyewa lahan milik petani dengan harga Rp 800.000 per 10 are. Lahan yang disewa biasanya adalah lahan yang terletak di pinggir jalan, hal ini bertujuan guna mempermudah mengangkut alat, bahan dan juga mengangkut hasil panen. Pertimbangan yang lain adalah agar konsumen dapat melihat bunganya, sehingga dapat memesan atau langsung membeli di lokasi.
Pada tahap awal Pak Krani mengolah tanah dengan menyewa jasa traktor, biaya pengolahan lahan adalah Rp 120.000 per 10 are. Setelah lahan di olah selanjutnya dibuat bedengan, dan selanjutnya bedengan ditutup plastik mulsa, butuh 10kg plastik mulsa untuk menutup bedengan di lahan 10 are. Plastik mulsa dibeli dari toko tani dengan harga Rp 35.000 per kg.
Bibit gemitir disemai sendiri oleh Pak Krani, untuk lahan 10are belia membutuhkan bibit sebanyak 1.120 pohon sudah termasuk sebagai tanaman pengganti, jika ada yang rusak. Benih dibeli di toko  tani, selanjutnya disemai dalam tray selama kurang lebih  2 minggu, barulah bibit gemitir siap ditanam.
Setelah bibit siap tanam maka dilakukan penanaman dengan jarak 50cm x 60cm. Penanaman dilakukan saat sore hari guna menghindari terik matahari sehingga tanaman yang baru ditanam tidak layu. Pada saat gemitir berumur 7 hari setelah tanam, diberi pupuk NPK Phonska dengan cara dikocor. Selain itu juga dilakukan pengendalian hama penyakit dengan menyemprotkan pestisida. Selanjutnya pemupukan dan aplikasi pestisida dilakukan setiap seminggu sekali.
Pada saat tanaman berumur 28 hari setelah tanam, dilakukan pemasangan ajir di setiap pohon tanaman agar tanaman menjadi kokoh. Ajir dibeli dengan harga Rp 800 per batang, yang terbuat dari bambu.
Menurut pak Krani setelah tanaman gemitir berumur 47 hari setelah tanam maka sudah dapat dilakukan panen pertama. Saat panen pertama biasanya hasilnya masih rendah  kurang lebih 12kg per 10 are, selanjutnya panen dapat dilakukan setiap 2 hari sekali selam 30  hari, umumnya hasilnya terus mengalami peningkatan. Puncak panen terjadi saat tanaman berumur 57 hari setelah tanam, sekali panen hasilnya mencapai 40kg sampai 50kg untuk lahan 10are.
Pak Krani biasanya menjual hasil bunga segar ke pengepul, harga bunga gemitir segar tidak menentu. Pada hari-hari biasa harga bunga gemitir  berkisar  antara Rp 5.000 sampai dengan Rp 8.000 per kg. Akan tetapi pada saat hari-hari kushus, misalnya ada hari raya Umat Hindu harganya mencapai Rp 20.000 sampai dengan 40.000 per kg.


Penulis: I Putu Eka Budi Antara, S.P/PP Kecamatan Bebandem