BUDIDAYA GEMITIR DI SUBAK SAREN
Subak
Saren adalah salah satu kelompoktani yang ada di Desa Budakeling, Kecamatan
Bebandem, Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali. Subak Saren memiliki lahan sawah
irigasi seluas 110ha. Pola tanam yang diterapkan di Subak Saren pada umumnya
adalah padi-palawija-padi. Saat musim palawija, sebagian besar petani setempat
lebih memilih membudidayakan tanaman hortikultura, seperti cabai kecil, bunga
pacar galuh dan bunga gemitir. Menurut mereka tanaman hortikultura khususnya bunga-bungaan
lebih menguntungkan selain itu hasilnya dapat diperoleh lebih cepat dan dapat
dipanen bertahap.
Dalam
beberapa tahun terakhir, saat musim palawija di Subak Saren selalu ada petani
yang membudidayakan bunga gemitir. Awalnya hanya beberapa petani yang
membudidayakan, seiring dengan perkembangan waktu budidaya gemitir terus mengalami perkembangan. Salah satu
petani yang mulai mengembangkan gemitir adalah I Nyoman Krani. Pria berumur 53
tahun ini mulai berusaha tani gemitir sejak 6 bulan yang lalu. Saat ditemui di
lahan sawahnya Pak Krani, panggilan
akrab I Nyoman Krani, menceritakan teknis budidaya gemitir yang dilakukan.
Untuk membudidayakan gemitir, Pak Krani menyewa lahan milik petani dengan harga
Rp 800.000 per 10 are. Lahan yang disewa biasanya adalah lahan yang terletak di
pinggir jalan, hal ini bertujuan guna mempermudah mengangkut alat, bahan dan
juga mengangkut hasil panen. Pertimbangan yang lain adalah agar konsumen dapat
melihat bunganya, sehingga dapat memesan atau langsung membeli di lokasi.
Pada
tahap awal Pak Krani mengolah tanah dengan menyewa jasa traktor, biaya
pengolahan lahan adalah Rp 120.000 per 10 are. Setelah lahan di olah
selanjutnya dibuat bedengan, dan selanjutnya bedengan ditutup plastik mulsa,
butuh 10kg plastik mulsa untuk menutup bedengan di lahan 10 are. Plastik mulsa
dibeli dari toko tani dengan harga Rp 35.000 per kg.
Bibit
gemitir disemai sendiri oleh Pak Krani, untuk lahan 10are belia membutuhkan
bibit sebanyak 1.120 pohon sudah termasuk sebagai tanaman pengganti, jika ada
yang rusak. Benih dibeli di toko tani,
selanjutnya disemai dalam tray selama kurang lebih 2 minggu, barulah bibit gemitir siap ditanam.
Setelah
bibit siap tanam maka dilakukan penanaman dengan jarak 50cm x 60cm. Penanaman
dilakukan saat sore hari guna menghindari terik matahari sehingga tanaman yang
baru ditanam tidak layu. Pada saat gemitir berumur 7 hari setelah tanam, diberi
pupuk NPK Phonska dengan cara dikocor. Selain itu juga dilakukan pengendalian
hama penyakit dengan menyemprotkan pestisida. Selanjutnya pemupukan dan
aplikasi pestisida dilakukan setiap seminggu sekali.
Pada
saat tanaman berumur 28 hari setelah tanam, dilakukan pemasangan ajir di setiap
pohon tanaman agar tanaman menjadi kokoh. Ajir dibeli dengan harga Rp 800 per
batang, yang terbuat dari bambu.
Menurut
pak Krani setelah tanaman gemitir berumur 47 hari setelah tanam maka sudah
dapat dilakukan panen pertama. Saat panen pertama biasanya hasilnya masih
rendah kurang lebih 12kg per 10 are,
selanjutnya panen dapat dilakukan setiap 2 hari sekali selam 30 hari, umumnya hasilnya terus mengalami
peningkatan. Puncak panen terjadi saat tanaman berumur 57 hari setelah tanam, sekali
panen hasilnya mencapai 40kg sampai 50kg untuk lahan 10are.
Pak
Krani biasanya menjual hasil bunga segar ke pengepul, harga bunga gemitir segar
tidak menentu. Pada hari-hari biasa harga bunga gemitir berkisar
antara Rp 5.000 sampai dengan Rp 8.000 per kg. Akan tetapi pada saat
hari-hari kushus, misalnya ada hari raya Umat Hindu harganya mencapai Rp 20.000
sampai dengan 40.000 per kg.
Penulis: I Putu Eka Budi Antara, S.P/PP Kecamatan
Bebandem